KREARIFINDO Creative Solution

PhotobucketPhotobucket PhotobucketPhotobucket

Tampilkan postingan dengan label tauladan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tauladan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 24 Agustus 2011

ISTIGHFAR MENURUT AL-QUR'AN DAN HADITS

Posted by video download On 01.08



Rasul dan suri tauladan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak beristigfar dan bertaubat padahal beliau adalah orang yang telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang. Sebagaimana hal ini terdapat pada firman Allah,



إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا


“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata , supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni’mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus.”
(Qs. Al Fath:1-2)



Dalam kitab shohih, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,



كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلاَهُ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ . يَا عَائِشَةُ أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا



“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa shalat sehingga kakinya pecah-pecah. Kemudian aku mengatakan kepada beliau, ‘Wahai rasulullah, kenapa engkau melakukan hal ini padahal engkau telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Tidakkah engkau menyukai aku menjadi hamba yang bersyukur." [HR. Muslim no. 7304]



Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “Inilah kekhususan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang seorang pun tidak ada yang menyamainya. Tidak ada dalam satu hadits shohih pun yang menceritakan tentang balasan amalan kepada selain beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyatakan bahwa dosanya yang telah lalu dan akan datang akan diampuni. Inilah yang menunjukkan kemuliaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala perkara ketaatan, kebaikan dan keistiqomahan yang tidak didapati oleh manusia selain beliau, baik dari orang yang terdahulu maupun orang yang belakangan. Beliaulah manusia yang paling sempurna secara mutlak dan beliaulah pemimpin (sayid) seluruh manusia di dunia dan akhirat.”



Walaupun dosa-dosa beliau telah diampuni, namun beliau shallalahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak beristigfar di setiap waktu. Para sahabat telah menghitung dalam setiap majelisnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terlihat paling banyak beristigfar.



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً



“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” [HR. Bukhari]



يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ



“Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” [HR. Muslim]



Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata,



كَانَ فِى لِسَانِى ذَرَبٌ عَلَى أَهْلِى لَمْ أَعْدُهُ إِلَى غَيْرِهِ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-


“Dulu lisanku biasa berbuat keji kepada keluargaku. Namun, aku tidaklah menganiaya yang lainnya. Kemudian aku menceritakan hal ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



أَيْنَ أَنْتَ مِنَ الاِسْتِغْفَارِ يَا حُذَيْفَةُ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ كُلَّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ



“Mana istigfarmu, wahai Hudzaifah? Sesungguhnya aku selalu beristigfar kepada Allah setiap hari sebanyak 100 kali dan aku juga bertaubat kepada-Nya.”
[HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sabda Nabi ‘إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ’ adalah shohih lighoirihi yaitu shohih namun dilihat dari jalur lainnya yang lebih kuat atau semisal dengannya. Sedangkan sanad hadits ini dho’if]



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,



مَا أَصْبَحْتُ غَدَاةً قَطٌّ إِلاَّ اِسْتَغْفَرْتُ اللهَ مِائَةَ مَرَّةٍ


“Tidaklah aku berada di pagi hari (antara terbit fajar hingga terbit matahari) kecuali aku beristigfar pada Allah sebanyak 100 kali.”
[HR. An Nasa’i. Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani di Silsilah Ash Shohihah no. 1600]



Dari Ibnu Umar, beliau mengatakan bahwa jika kami menghitung dzikir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu majelis, beliau mengucapkan,



رَبِّ اغْفِرْ لِى وَتُبْ عَلَىَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ



‘Robbigfirliy wa tub ‘alayya, innaka antat tawwabur rohim’ - Ya Allah ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang - sebanyak 100 kali. [HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 556]



Dan bacaan istighfar yang paling sempurna adalah penghulu istighfar (sayyidul istighfar) sebagaimana yang terdapat dalam shohih Al Bukhari dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Penghulu istighfar adalah apabila engkau mengucapkan,



اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ



“Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtani wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-u bi dzanbi, faghfirliy fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta - Ya Allah! Engkau adalah Rabbku, tidak ada Rabb yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” [HR. Bukhari no. 6306]



Faedah dari bacaan ini adalah sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan dari lanjutan hadits di atas,



وَمَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا ، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِىَ ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهْوَ مُوقِنٌ بِهَا ، فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ، فَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ »



“Barangsiapa mengucapkannya pada siang hari dan meyakininya, lalu dia mati pada hari itu sebelum waktu sore, maka dia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa mengucapkannya pada malam hari dalam keadaan meyakininya, lalu dia mati sebelum waktu pagi, maka dia termasuk penghuni surga.”



Hadits sayyidul istigfar ini meliputi makna taubat dan terdapat pula hak-hak keimanan. Di dalam hadits ini juga terkandung kemurnian ibadah dan kesempurnaan ketundukan serta perasaan sangat butuh kepada Allah. Sehingga bacaan dzikir ini melebihi bacaan istigfar lainnya karena keutamaan yang dimilikinya. –Semoga kita termasuk orang yang selalu merutinkannya di setiap pagi dan sore.



Bacaan istigfar lainnya adalah sebagaimana terdapat dalam shohih Bukhari dari istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Aisyah radhiyallahu ‘anha. Aisyah berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (ketika menjelang kematiannya) sedang bersandar padanya. Lalu beliau mengucapkan,



اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَارْحَمْنِى وَأَلْحِقْنِى بِالرَّفِيقِ الأَعْلَى



“Ya Allah, ampunilah aku, kasihilah aku dan kumpulkanlah aku bersama orang-orang sholih.” [HR. Bukhari no. 5674. Lihat Al Muntaqho Syar Al Muwatho’]



Jadi lihatlah kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang setiap waktunya selalu diisi dengan istighfar bahkan sampai akhir hayat hidupnya pun beliau tidak lepas dari amalan tersebut. Sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengakhiri amalan-amalan sholihnya seperti shalat, haji, shalat malam dengan istigfar, beliau juga mengakhiri hidupnya dengan istigfar.



Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja yang sudah dijamin dosanya yang telah lalu dan akan datang akan diampuni, bagaimana lagi dengan kita yang tidak dijamin seperti itu[?] Sungguh, kita sebenarnya yang lebih pantas untuk bertaubat dan beristighfar setiap saat karena dosa kita yang begitu banyak dan tidak pernah bosan-bosannya kita lakukan.



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,



يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ



“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” [HR. Muslim no. 6737]



Semoga Allah mengaruniakan kepada kita keteladanan untuk selalu mengikuti jejak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah memberikan kepada kita akhir hidup yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Mengabulkan do’a.



***



[Dari: Muhammad Abduh Tuasikal - rumaisho.com]

Jumat, 11 Juni 2010

FATIMAH AZ ZAHRA, WANITA SURGA TIADA DUANYA

Posted by video download On 12.12

Fatimah az Zahra adalah putri Nabi Muhammad saw dan Khadijah al Kubra. Beliau adalah anak perempuan keempat Rasulullah saw. Beliau memiliki banyak nama panggilan, di antaranya ialah: Az Zahra (yang bersinar cemerlang), Shiddiqah (yang membenarkan), Thahirah (yang suci), Mubarakah (yang diberkati), Radhiyah (yang ridha), Mardhiyah (yang diridhai), Muhadatsah (yang berbicara dengan malaikat di masa kecil), dan Batul.

Sebagian besar sejarawan Syiah dan Ahlussunah meyakini bahwa Fatimah az Zahra dilahirkan pada 20 Jumadil Tsani, tahun kelima diutusnya Nabi saw di Mekkah al Mukarramah. Sebagian sejarawan bahwa beliau lahir pada tahun ketiga atau kedua diutusnya Nabi saw. Seorang sejarawan dan ahli hadis Sunni berpendapat bahwa Fatimah lahir pada tahun pertama diutusnya Nabi saw. Jelas sekali bahwa menyingkap fakta seputar hari lahir dan hari wafat tokoh-tokoh besar dalam sejarah—meskipun dari sudut pandang sejarah dan penelitian berharga dan patut dijadikan bahan kajian—namun dari sisi analisa kepribadian tidaklah begitu penting. Yang penting dan utama adalah peran mereka dalam menentukan nasib manusia dan sejarah. Patut direnungkan bahwa Fatimah az Zahra terdidik di madrasah ayahnya, Rasul saw yang notabene adalah rumah kenabian. Sebuah rumah yang disitu wahyu dan ayat-ayat Al Qur’an diturunkan.

Fatimah termasuk kelompok pertama dari kaum Muslimin yang beriman kepada Allah Swt dan ia begitu tegar dan kukuh dalam keimanannya. Saat itu rumah yang dihuni Fatimah adalah satu-satunya rumah di kawasan Jazirah Arab dan dunia yang meneriakkan suara tauhid: “Allahu Akbar”. Az Zahra adalah satu-satunya perempuan belia di Mekkah yang mencium dan merasakan aroma tauhid di sekitarnya. Ia berada di rumahnya sendirian. Ia melalui masa kanak-kanaknya sendirian. Dua saudara perempuannya, yaitu Ruqayyah dan Kultsum berusia lebih tua beberapa tahun darinya. Barangkali rahasia di balik kesendirian ini adalah bahwa Fatimah sejak kecil harus memfokuskan perhatiannya pada latihan fisik dan pendidikan spiritual. Setelah menikah dengan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, Fatimah tampil sebagai wanita teladan sepanjang masa. Putri Nabi saw ini bukan hanya teladan bagi kehidupan suami-istri dan menjadi potret keluarga Muslimah ideal, melainkan ia pun menjadi teladan dalam masalah ketaatan dan ibadah kepada Allah Swt.

Setelah selesai mengerjakan tugas rumah, Fatimah sibuk beribadah. Ia menunaikan shalat, berdoa, dan bermunajat di hadapan Sang Maha Esa serta mendoakan orang lain. Imam as Shadiq as meriwayatkan hadis yang sanad-nya (mata raktai perawi) bersambung ke Imam Hasan bin Ali as yang berkata: Aku melihat ibuku Fatimah as yang sedang menunaikan shalat di mihrabnya pada malam Jum`at dimana ia rukuk dan sujud sampai fajar Shubuh menyingsing. Dan aku mendengarnya berdoa untuk kaum mukminin dan kaum mukminat dan ia menyebut nama-nama mereka serta memperbanyak doa untuk mereka, bahkan ia tidak berdoa untuk dirinya sendiri sedikit pun. Lalu aku bertanya kepadanya: Wahai ibu, mengapa engkau tidak berdoa untuk dirimu sendiri sebagaimana engkau berdoa untuk orang lain? Ia menjawab: Wahai anakku, sebaiknya (mendoakan) tetangga dulu lalu (penghuni) rumah (diri kita dan orang-orang yang dekat dengan kita).[1]

TASBIH AZ ZAHRA DAN KEUTAMAANNYA
Fatimah berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, aku tidak tahan lagi mengurusi rumah. Carikanlah pembantu untukku yang dapat meringankan pekerjaan rumahku." Rasul berkata kepadanya: "Wahai Fatimah, apakah kamu tidak menginginkan sesuatu yang lebih baik dari pembantu?" Ali berkata: "Katakanlah, iya." Fatimah berkata: "Wahai ayahku, apa yang lebih baik dari pembantu?" Rasul saw menjawab: "Engkau bertasbih kepada Allah SWT pada setiap hari sebanyak 33 kali dan engkau bertahmid sebanyak 33 kali dan bertakbir sebanyak 34 kali. Semuanya berjumlah 100 dan memiliki kebaikan dalam timbangan. Wahai Fatimah, bila engkau mengamalkannya pada setiap pagi hari maka Allah akan memudahkan urusan dunia dan akhiratmu."[2]

Berkenaan dengan firman Allah, "Dan kaum pria dan kaum wanita yang banyak berzikir kepada Allah," Imam ash Shadiq berkata: "Barangsiapa terbiasa membaca tasbih Fatimah as maka ia termasuk kaum pria dan kaum wanita yang banyak berzikir."[3]

Diriwayatkan dari Imam Baqir as yang berkata: "Rasulullah saw berkata kepada Fatimah, Wahai Fatimah, bila kamu hendak tidur di waktu malam maka bertasbihlah kepada Allah sebanyak 33 kali dan bertahmidlah sebanyak 33 kali dan bertakbirlah sebanyak 34 kali. Semuanya berjumlah seratus. Dan pahalanya lebih berat dari gunung emas Uhud dalam timbangan akhirat."[4]

Diriwayatkan dari Abi Abdillah ash Shadiq yang berkata: "Tasbih Fatimah as setiap hari usai shalat lebih aku sukai daripada shalat seribu rakaat dalam setiap hari."[5] Imam Shadiq as berkata: "Barangsiapa bertasbih dengan tasbih Fatimah as sebelum ia membentangkan kakinya dalam shalat fardhu maka Allah akan mengampuninya. Dan hendaklah ia memulai dengan takbir."[6]

Diriwayatkan oleh Abi Ja`far al Baqir yang berkata: Tiada pengagungan bagi Allah yang lebih utama daripada tasbih Fatimah.[7] Imam Baqir as berkata: "Barangsiapa bertasbih dengan tasbih az Zahra kemudian ia beristigfar maka ia akan diampuni. Ia (tasbih itu) berjumlah seratus namun bernilai seribu dalam timbangan dan ia mampu mengusir setan dan membuat Tuhan Yang Maha Pengasih ridha."[8]

Imam ash Shadiq as berkata: "Barangsiapa bertasbih dengan tasbih Fatimah as usai shalat fardhu sebelum ia membentangkan kedua kakinya maka Allah akan menyediakan surga baginya."[9]

Imam ash Shadiq as berkata: "Barangsiapa bertasbih dengan tasbih Fatimah as yang berjumlah seratus usai shalat fardhu sebelum ia membentangkan kedua kakinya lalu diikutinya dengan membaca "lailaha illallah" sebanyak satu kali maka ia akan diampuni."[10] "Tasbih Az Zahra" ini terdapat juga dalam kitab-kitab muktabar Ahlussunah dan cukup populer di kalangan kaum Muslimin.

Ilmu Fatimah az Zahra
Segala rahasia ilmu yang didapatkannya dari ayahnya dicatat oleh Ali bin Abi Thalib lalu Fatimah mengumpulkannya sehingga jadilah kitab yang bernama Mushaf Fatimah.

Mengajari Orang Lain

Abu Muhammad al Askari berkata: "Seorang wanita datang ke Fatimah az Zahra dan berkata: "Sesungguhnya saya mempunyai seorang ibu yang lemah dan ia memakai sesuatu saat mengerjakan shalatnya, dan ia mengutusku untuk menemuimu dan bertanya padamu. Lalu Fatimah menjawab pertanyaannya. Wanita tersebut berkata: "Aku tidak ingin merepotkanmu wahai putri Rasulullah saw." Fatimah menjawab: "Datanglah kemari dan tanyalah apa yang tidak jelas bagimu. Apakah engkau mengira seseorang yang sehari disewa untuk mendaki tanah dengan membawa muatan yang berat di mana upahnya seratus ribu Dinar, lalu ia keberatan melakukan itu?" Wanita tersebut menjawab: "Tidak! Ketahuilah bahwa aku—dalam setiap masalah (pertanyaan) yang aku selesaikan—diupah lebih besar dari permata yang ada di antara bumi dan arasy. Sehingga karena itu, aku tidak merasa berat sama sekali."[11]

Fatimah berusaha memperkenalkan tugas dan kewajiban para wanita dengan cara mengajari mereka hukum dan pengetahuan Islam. Keberhasilan pendidikan Fatimah ini bisa kita lihat pada sosok anak didiknya yang sekaligus pembantunya yang bernama, Fidhah. Fatimah berhasil menyulap Fidhah menjadi wanita istimewa dimana selama dua puluh tahun ia hanya berbicara dengan Al Quran. Setiap kali Fidhah menginginkan sesuatu atau menjelaskan sesuatu maka ia mengutip ayat Al Qur'an yang sesuai dengan keinginan dan maksudnya, sehingga dimengerti oleh lawan bicaranya. Fatimah bukan hanya tidak pernah mengenal lelah dalam mempelajari ilmu, bahkan dalam menjelaskan masalah-masalah agama ke orang lain pun ia selalu bersemangat dan sabar melayani pertanyaan orang-orang yang merujuk kepadanya.

Suatu hari seorang wanita dating padanya sembari berkata: "Aku memiliki ibu yang sudah lanjut usia. Ibuku salah mengerjakan shalatnya lalu ia mengutus aku untuk bertanya kepadamu. Az Zahra pun menjawab pertanyaannya. Wanita itu pun datang kembali dan menyampaikan pertanyaan kedua. Fatimah pun menjawabnya. Hal ini terus berulang sampai sepuluh kali. Setiap kali wanita itu datang, ia merasa malu karena lagi-lagi datang ke Fatimah dan menganggunya. Lalu wanita itu berkata kepada Fatimah: "Aku tidak akan pernah merepotkanmu lagi." Fatimah menjawab: "Tidak menjadi masalah bagiku, datanglah kemari lagi dan lontarkanlah pertanyaanmu. Aku tidak akan pernah marah atau capek melayani pertanyaanmu. Sebab, aku mendengar ayahku bersabda: "Pada hari kiamat para ulama pengikut kami akan dikumpulkan dan akan diberikan pakaian (sebagai hadiah) yang berharga kepada mereka. Kualitas pakaian tersebut disesuaikan dengan kadar usaha mereka di bidang pengarahan dan pemberian bimbingan kepada hamba-hamba Allah."

Ibadah Fatimah az Zahra
Hasan Basri (wafat tahun 110 H), salah seorang abid (ahli ibadah) dan seorang sufi terkenal mengatakan bahwa Fatimah az Zahra begitu luar biasa dalam beribadah sehingga (seperti ayahnya Rasulullah saw) kedua kakinya bengkak. Hasan Basri juga menegaskan bahwa tidak ada seorang pun di tengah umat yang mampu menandingi zuhud, ibadah dan ketakwaan Fatimah.

Kalung Yang Penuh Berkah
Pada suatu hari Rasulullah saw melakukan perjalanan. Saat itu Ali mendapatkan sedikit ganimah lalu ia menyerahkannya kepada Fatimah. Putri Nabi saw ini memakai dua gelang dari perak dan ia menggantung kain di atas pintunya. Ketika Rasulullah saw datang maka ia memasuki masjid lalu ia menuju rumah Fatimah sebagaimana yang biasa dilakukannya. Fatimah berdiri gembira menyambut ayahnya. Rasul saw melihat dua gelang yang terbuat dari perak yang ada di tangannya, juga kain yang tergantung di atas pintunya. Lalu beliau duduk sambil memandanginya. Fatimah pun menangis dan sedih. Kemudian ia memanggil kedua putranya dan mencabut kain penutup yang dipasangnya dan kedua gelangnya sambil berkata kepada mereka: "Sampaikan salam kepada ayahku dan katakan kepadanya, kami tidak membuat sesuatu yang baru selain ini. Serahkan benda ini kepadanya sehingga ia dapat menginfakkannya di jalan Allah."

Kemudian Rasul saw berkata: Semoga Allah SWT merahmati Fatimah dan memberinya pakaian dari pakaian surga dan memberinya kalung dari surga.[12]

Seorang Arab Baduwi datang kepada Nabi saw dan berkata: "Wahai Nabi Allah, aku sedang lapar maka berilah aku makanan dan aku telanjang maka berilah aku pakaian dan aku adalah orang fakir maka bantulah aku." Lalu Nabi saw berkata kepadanya: "Aku tidak memiliki sesuatu yang dapat aku berikan padamu, namun orang yang menjadi pembimbing atas kebaikan sama dengan pelaku kebaikan tersebut. Pergilah kami ke rumah orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya." Saat itu Ali, Fatimah dan Rasulullah saw belum makan selama tiga hari. Kemudian orang Arab Baduwi tersebut datang kepada Fatimah dan meminta bantuan padanya. Fatimah memberinya kalung yang tergantung di lehernya dimana kalung tersebut merupakan hadiah dari putri pamannya Fatimah binti Hamzah bin Abdul Muthhalib. Fatimah berkata kepada orang tersebut: "Ambillah ini dan juallah. Semoga Allah menggantimu dengan apa yang terbaik darinya."

Orang fakir itu datang kepada Nabi saw sambil membawa apa yang didapatinya dari Fatimah lalu ia menangis. Kemudian Ammar bin Yasir membeli kalung itu seharga dua puluh Dinar dan dua ratus Dirham dan ia menggenyangkan orang fakir itu dengan roti dan daging. Ammar melipat kalung itu di bawah kain dan berkata kepada budaknya, Saham: "Ambillah kalung ini dan serahkanlah kepada Nabi saw dan engkau pun menjadi miliknya." Budak itu mengambil kalung tersebut dan menyerahkannya kepada Nabi saw serta mebyampaikan perkataan Ammar tersebut pada beliau. Maka Rasulullah berkata: "Pergilah ke rumah Fatimah dan serahkanlah kepadanya serta kau pun aku serahkan padanya."

Lalu budak itu datang ke Fatimah dan menyampaikan perkataan Nabi saw padanya. Fatimah mengambil kalung tersebut dan membebaskan budak itu. Kemudian budak itu tertawa. Fatimah bertanya kepadanya: "Apa yang membuatmu tertawa?" Ia menjawab: "Aku tertawa melihat betapa besarnya keberkahan kalung ini: Ia menggenyangkan orang yang lapar, menutupi orang yang telanjang, memampukan orang yang miskin dan memerdekakan budak dan kalung itni kembali lagi ke empunya."[13]

Peran Fatimah dalam Peperangan di Masa Awal Islam
Selama 10 tahun pemerintahan Nabi saw di Madinah, terjadi 27 atau 28 peperangan (ghazwah) dan 35 sampai 90 Sariyah. Ghazwah ialah peperangan yang langsung dipimpin oleh Nabi saw dan beliau melihat dari dekat proses terjadinya peperangan dan segala taktik dan strategi perang berada dalam control beliau langsung. Sedangkan Sariyah adalah peperangan yang tidak langsung dipimpin oleh Nabi saw, namun beliau menunjuk sahabatnya untuk memimpin peperangan. Terkadang Sariyah ini menyita waktu cukup lama (sekitar dua atau tiga bulan) karena jauhnya gelanggang peperangan dari Madinah. Dapat dipastikan bahwa Ali bin Abi Thalib selama menikah dengan Fatimah banyak menghabiskan waktunya di medan peperangan atau diutus sebagai juru dakwah.

Selama ketidakhadiran suaminya, Fatimah dengan baik mampu memerankan tugas sebagai ibu yang ideal bagi anak-anaknya dan ia berhasil mendidik mereka sebaik mungkin, sehingga Ali begitu tenang meninggalkan keluarganya dan tidak pernah memikirkan urusan pendidikan anaknya sehingga konsentrasinya benar-benar terfokus hanya pada jihad. Selama masa ini, Fatimah juga membantu keluarga syuhada dan berbelasungkawa kepada mereka, dan terkadang ia memotifasi para wanita yang menjadi sukarelawan yang mengobati dan menangani korban perang dan tak jarang Fatimah terjun langsung menolong para korban luka-luka akibat perang.

Dalam perang Uhud, misalnya, Rasulullah saw mengalami luka parah. Fatimah beserta Ali, suaminya cukup bekerja keras untuk menghentikan pendarahan yang dialami ayahnya dimana sejarah menceritakan bahwa Fatimah membakar semacam jerami lalu menebarkan abunya ke luka ayahnya sehingga darahnya terhenti.

Fatimah dan Kepergian Nabi saw
Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dalam Musnad-nya dari Aisyah yang berkata: "Ketika Rasulullah saw sakit, maka beliau memanggil putrinya Fatimah. Lalu beliau menghiburnya tapi Fatimah malah menangis kemudian beliau menghiburnya kembali lalu ia tertawa. Lalu aku bertanya kepada Fatimah perihal hal itu. Fatimah menjawab: "Aku menangis karena ia memberitahuku bahwa ia akan meninggal dunia sehingga aku menangis, kemudian dia memberitahuku bahwa akulah yang pertama kali menyusulnya di antara keluargaku sehingga aku tertawa."

Pengarang kitab Kasyful Ghummah pada juz dua dalam kitabnya mengatakan: "Karakter manusia biasanya membenci kematian dan berusaha lari darinya. Yang demikian ini karena manusia cinta dan cenderung kepada dunia—kami tidak dapat menyebutkan semua riwayat ini karena begitu panjang—sedangkan Fatimah as adalah wanita muda yang masih mempunyai anak kecil dan suami yang mulia. Ironisnya, ketika ayahnya memberitahunya bahwa ia yang tercepat di antara keluarganya yang akan menyusul Nabi maka ia merasa sedih terhadap kematian ayahnya dan justru tertawa dan bahagia karena ia pun akan meninggalkan dunia dan berpisah dengan kedua anaknya dan suaminya. Fatimah justru bergembira ketika akan menjemput mati."

Ini adalah masalah yang besar di mana manusia tidak akan mampu mengenali sifatnya dan hati tidak terbimbing untuk mengetahuinya. Hal yang demikian adalah suatu masalah yang Allah SWT mengajarkannnya kepada keluarga yang mulia ini dan suatu rahasia di mana Allah memberikan kepada mereka keutamaan dan mengkhususkan mereka dengan mukjizat-Nya dan tanda-tanda kebesaran-Nya.[14]

Diriwayatkan dari Imam Baqir as yang berkata: "Sepeninggal Rasulullah saw, Fatimah tidak pernah terlihat dalam keadaan tertawa sehingga ia meninggal dunia.[15]

Diriwayatkan dari Imam as Shadiq yang berkata: "Ada lima orang yang suka menangis: Adam, Ya`qub, Yusuf, Fatimah binti Muhammad dan Ali bin Husain as. Adapun Adam, ia menangis karena harus meninggalkan surga dimana ia diletakkan di suatu lembah, sedangkan Ya`qub, ia menagisi Yusuf hingga matanya buta, sedangkan Yusuf menangisi perpisahannya dengan Ya`qub hingga terganggu karenanya para penghuni penjara, adapun Fatimah, ia menangis karena kepergian Nabi saw sehingga karenanya penduduk Madinah terganggu. Bahkan mereka berkata kepadanya, banyaknya tangisanmu membuat kami terganggu. Lalu Fatimah pergi ke makam syuhada dan menangis di sana sampai puas lalu ia pulang. Sedangkan Ali bin Husein menangis karena kesyahidan ayahnya selama dua puluh tahun atau empat puluh tahun."[16]

Diriwayatkan bahwa Ali berkata: "Ketika aku mencuci baju Nabi saw maka Fatimah berkata, perlihatkanlah kepadaku baju itu. Lalu Fatimah menciumnya dan pingsan. Takkala aku mengetahui hal itu maka aku menyembunyikan pakaian itu (hingga kejadian ini tidak terulang kembali).[17]

Takkala Nabi saw meninggal, Bilal tidak mau mengumandangkan azan di mana ia berkata: "Aku tidak mau mengumandangkan azan untuk seseorang setelah meninggalnya Nabi saw. Kemudian pada suatu hari Fatimah berkata: "Aku ingin mendengar suara muazin ayahku yang mengumandangkan azan. Lalu hal tersebut sampai ke telinga Bilal sehingga ia mengumandangkan azan dan memulainya dengan takbir "Allahu Akbar." Fatimah mulai mengingat-ingat kebersamaannya dengan ayahnya sehingga ia tidak mampu membendung air matanya. Dan ketika Bilal sampai ke kalimat "Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah", Fatimah tidak kuasa menahan dirinya dan ia pun terjatuh pingsan. Kemudian mereka mengira bahwa ia telah mati dan Bilal pun tidak melanjutkan azannya. Takkala Fatimah sadar, ia meminta Bilal untuk melanjutkan azannya namun Bilal dengan berat hati menolak sambil berkata: "Wahai penghulu para wanita, aku khawatir terjadi sesuatu pada dirimu." Dan Fatimah pun mengerti kecemasan Bilal dan memaafkannya.[18]

Diriwayatkan bahwa Fiddah, pembantu wanita Fatimah berkata kepada Waraqah bin Abdullah al Azdi: "Ketahuilah bahwa ketika Rasulullah saw meninggal dunia, maka orang tua dan muda sangat terguncang dengan kematiannya dimana mereka semua larut dalam tangisan. Musibah ini sangat berat dipikul oleh kaum kerabat beliau dan para sahabatnya. Dan tak seorang pun yang lebih bersedih dan lebih banyak menangis daripada tuanku Fatimah, di mana selama tujuh hari Fatimah mengadakan mejelis ratapan.

Selama hari-hari itu Fatimah tidak pernah berhenti menangis dan merintih, bahkan setiap hari tangisannya lebih banyak dari hari sebelumnya. Dan ketika memasuki hari kedelapan, Fatimah meluapkan kesedihannya yang terpendam dimana ia meratapi ayahnya: "Oh, ayahku. Oh, pilihan Allah. Oh, Muhammad. Oh, Abu Qasim. Duhai pelindung para janda dan yatim, siapa lagi yang mendirikan shalat, siapa lagi yang melindungi putrimu yang kehilangan orang tuanya?"

Bahkan dikatakan bahwa Fatimah kehabisan suara saat meratapi ayahnya dan sempat mengalami pingsan. Lebih jauh lagi, ia berkata: "Duhai ayah, sepeninggalmu aku bak orang yang hidup sendirian. Kehidupanku dipenuhi dengan duri-duri bencana dan petaka. Sepeninggalmu banyak peristiwa besar terjadi yang membuat kami menderita dan semua jalan tertutup buat kami hingga kami tak dapat meloloskan diri. Sepeniggalmu aku kecewa melihat dunia ini dan aku senantiasa menangis. Kemudian Fatimah membacakan syair:

Tiap hari aku memperbaharui kesedihanku atasmu
Demi Allah, luka hatiku semakin besar dan berat
Tiap hari deritaku semakin menjadi-jadi

Beratnya perpisahnku denganmu tak dapat dipungkiri

Adalah benar di dalam hati ada kesabaran

Namun sunguh berat mempertahankannya saat berkenaan denganmu


Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib bahkan membangun rumah untuk Fatimah di Baqi yang terkenal dengan sebutan "Baitul Ahzan" (rumah kesedihan). Saat pagi hari, Fatimah membawa Hasan dan Husein ke Baqi dan menangis di sana.[19]

Akhir Hayat Fatimah
Diriwayatkan bahwa Abi Abdillah ash Shadiq as berkata: "Fatimah meninggal pada bulan Jumadil Akhir, hari Selasa, tahun sebelas Hijrah."

Diriwayatkan dari Ummu Salma, istri Abi Rafi` yang berkata: "Fatimah sakit. Di hari menjelang kematiannya ia berkata: "Datangkanlah untukku air!" Lalu aku menuangkan air untuknya hingga ia mandi dengan air tersebut dengan cara yang terbaik. Kemudian ia berkata: "Bawalah untukku pakaian yang baru hingga aku dapat memakainya." Lalu Fatimah berbaring dan menghadap kiblat dan ia meletakkan tangannya di bawah pipinya dan berkata: "Sebentar lagi aku akan meninggal ....." [20]

Diriwayatkan dari Jabir al Anshari yang berkata: "Aku pernah mendengar Rasulullah saw berkata kepada Ali bin Abi Thalib as—tiga hari sebelum beliau meninggal: "Salam kepadamu wahai ayah dua sekuntum bunga. Aku berwasiat kepadamu tentang dua sekuntum bungaku di dunia. Demi Allah wahai khalifahku, sebentar lagi dua sandaranmu akan roboh. Ketika Rasulullah saw meninggal, Ali as berkata: "Inilah salah satu sandaran yang dikatakan Rasul saw padaku." Dan takkala Fatimah meninggal, Ali berkata: "Inilah sandaranku yang kedua.[21]

Fatimah as lahir lima tahun setelah tahun pengutusan Nabi saw dan ia meninggal dunia saat berusia delapan belas tahun lima puluh tujuh hari, dan sepeninggal ayahnya ia hidup selama tujuh puluh lima hari.[22]

Imam ar Ridha pernah ditanya tentang kuburan Fatimah as lalu beliau menjawab: "Ia dimakamkan di rumahnya, namun ketika Bani Umayyah banyak datang ke Masjid, ia berada di Masjid."[23] Ada yang mengatakan bahwa ia disemayamkan di Baqi.[24]

Fatimah mengalami sakit keras dan ia bertahan selama empat puluh hari atas sakitnya hingga ia meninggal. Saat menjelang ajalnya, ia memanggil Ummu Aiman dan Asma` binti Umais dan sambil memandang suaminya Ali, ia berkata: "Wahai putra pamanku, engkau tidak pernah mendapatiku dalam keadaan berbohong dan berkhianat, dan selama aku menjadi istrimu, aku tidak pernah menentangmu." Ali menjawab: "Aku berlindung kepada Allah, engkau lebih tahu tentang Allah dan lebih baik dan lebih takwa di sisi-Nya serta lebih takut kepada-Nya. Sungguh musibahmu di sisiku sama dengan musibah Rasulullah saw. Sungguh besar kematianmu. Dan kita adalah milik Allah dan kepada-Nya kita akan kembali."

Sumber: Taqrib Indonesia ~ Lembaga Pendekatan Mazhab-Mazhab Islam

[1] Kasyful Ghummah, juz 2, hal. 468.
[2] Bihar al Anwar, juz 43, hal. 134.
[3] Majma` al Bayan, juz 8, hal. 358.
[4] A`lam an Nisa' al Mu'minat, hal. 552.
[5] Kasyful Ghummah, juz 2, hal. 471.
[6] Tsawabul A`mal, hal 164.
[7] Al Bihar, juz 43, hal. 64.
[8] Tsawabul A`mal, hal 163.
[9] Falahu as Sa'il, karya Ibn Thawus, hal. 152.
[10] Al Mahasin, juz 1, hal 30.
[11] Al Bihar, juz 2, hal. 3.
[12] Al Bihar, juz 43, hal. 83-84.
[13] Al Bihar, juz 43, hal. 56-58.
[14] Kasyful Ghummah, juz 2, hal. 454-455.
[15] Kasyful Ghummah, juz 2, hal. 498.
[16] Ibid.
[17] Al Bihar, juz 43, hal. 107.
[18] Ibid.
[19] Al Bihar, juz 43, hal. 175-176.
[20] Al Bihar, juz, 43, hal. 172, dan al Ishabah, juz 4, hal. 379.
[21] Al Bihar, juz, 43, hal. 173.
[22] Al Kafi, ju 1, hal. 458.
[23] Al Kafi, juz 1, hal. 461.
[24] Al Bihar, juz, 43, hal. 187.

Minggu, 03 Januari 2010

APA SAJAKAH SUNNAH RASULULLAH SAW?

Posted by video download On 23.25

"Makrifat adalah modalku, akal pikiran sumber agamaku, cinta adalah dasar hidupku, rindu kendaraanku, berzikir kepada Allah adalah kawan dekatku, keteguhan perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku, kerelaan sasaranku, faqr adalah kebanggaanku, menahan diri adalah pekerjaanku, keyakinan makananku, kejujuran perantaraku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad perangaiku, dan hiburanku adalah dalam sembahyang."

(Jawaban Rasulullah SAW ketika ditanya tentang sunnahnya oleh Ali bin Abi Thalib ra dalam H Haekal, MH.: Sejarah Hidup Muhammad, Litera Antar Nusa, cetakan ke 27, 2002, hal. 214)


Dari Dr. Bahar Azwar


Sabtu, 02 Januari 2010

WORDS OF OUR PROPHET

Posted by video download On 18.47

"When a man loves his brother for sake of Allah, he should tell him that he loves him." ~ Abu Dawud.

"Give gifts to each other, as this will make you love one another." ~ Sahih Muslim.

"Give one another gifts and love one another. Give one another food. This will produce breadth in your daily bread." ~ Al Hafiz ibn al-Dayba al- Shaybani, (Taysir al-'usul ilaJami al-'usul, vol. 16, p. 239)

The Prophet (may Allah bless him and grant him peace) said: “One who is the best of you in good conduct is nearest to me. A believer loves and is loved. There is no good in one who does not love and is not loved.“ ~ Imam Ghazzali (vol. 2 , p. 95)

"Two brother are like two hands one of which clears the dust of the other." ~ Imam Ghazzali (vol.2, p.95)

"Do not be angry with each other and do not envy each other and do not turn away from each other, and be slaves of Allah, brothers." ~ Muwatta (Narrated by Anas ibn Malik)

Allah's Messenger (may Allah bless him and grant him peace) said, "A Muslim is a brother of another Muslim, so he should not oppress him, nor should he hand him over to an oppressor. Whoever fulfilled the needs of his brother, Allah will fulfill his needs; whoever brought his (Muslim) brother out of a discomfort, Allah will bring him out of the discomforts of the Day of Resurrection, and whoever screened a Muslim, Allah will screen him on the Day of Resurrection." (Narrated by Abdullah bin Umar, Vol 3: #622)

The faithful constitute a great spiritual force with the strength their love for one another for Allah’s approval gives them. As revealed in the words of one verse, “But those who were sure that they were going to meet Allah said, ‘How many a small force has triumphed over a much greater one by Allah’s permission! Allah is with the steadfast,” (Surat al-Baqara, 249), even if they are few in number, with the faith in their hearts they acquire great enthusiasm and will with which to overcome terrible difficulties and troubles. They obtain the assistance and support of Allah because of the moral values they display. As Allah has revealed in the verse, “You shall be uppermost if you are believers,” (Surah Al ‘Imran, 139), they constitute such a spiritual force that nobody can turn them against one another, and that nobody can break.

Since they sincerely seek Allah’s approval, they never engage in any confusion, disagreement or dispute among themselves. That is because the word of Allah is one; the verses of the Qur’an are clear. Since all believers abide unconditionally by the Qur’an and always act with a view to gaining as much approval from Allah as possible, a great harmony and order ensues. All matters can be easily resolved within a harmonious order. A powerful solidarity is formed because they behave in the light of the moral values of the Qur’an and the interests of believers, even when they conflict with their own interests, and hold their brothers’ desires above their own.

Since believers intend to be one another’s eternal friends in the Hereafter they are bound to one another with a deep love, respect and loyalty. Therefore, they know no rivalry, disagreement or dispute. Due to their fear of and sincere faith in Allah, no matter what difficulties or troubles they may encounter they never fall into defeatism, moral relativism or lack of will. If there is a flaw in one of them, the others will support him with proper moral values and encourage him towards goodness. Since they constantly command one another to perform what is good and to avoid evil, their faith and strength constantly grow. This spiritual strength possessed by believers, whose objectives, endeavours and prayers are always the same, which stems from faith and love, has been described by Bediuzzaman Said Nursi with the following example: “For just as one of man’s hands cannot compete with the other, neither can one of his eyes criticize the other, nor his tongue object to his ear, nor his heart see his spirit’s faults. Each of his members completes the deficiencies of the others, veils their faults, assists their needs, and helps them out in their duties. Otherwise man’s life would be extinguished, his spirit flee, and his body be dispersed. Similarly, the components of machinery in a factory cannot compete with one another in rivalry, take precedence over each other, or dominate each other. They cannot spy out one another’s faults and criticize each other, destroy the other’s eagerness for work, and cause them to become idle. They rather assist each other’s motions with all their capacity in order to achieve the common goal; they march towards the aim of their creation in true solidarity and unity. Should even the slightest aggression or desire to dominate interfere, it would throw the factory into confusion, causing it to be without product or result. Then the factory’s owner would demolish the factory entirely.” (Bediuzzaman Said Nursi, Risale-i Nur Collection, TheTwenty-First Flash)

This example given by Bediuzzaman is of great importance with regard to being able to comprehend the union and unity stemming from the love among believers. On account of the sincere love and devotion that stem from their faith, in the same way that the machinery in a factory comes together to constitute a great force, so they acquire an unshakable spiritual strength with their mutual love and devotion.

"Your friend is only Allah and His Messenger and those who believe: those who perform prayer and give the alms, and bow." (Surat al Ma’ida, 55)

"Allah loves those who fight in His way in ranks like well-built walls." (Surat as-Saff, 4)


From Yusof Onur for Harun Yahya
For more reading in English, please click here

Selasa, 24 Maret 2009

KEISTIMEWAAN BAGINDA RASULULLAH SAW

Posted by video download On 19.22

Hadist ini berdasarkan riwayat dari Salman Al Farisi ra, ketika ia berada di suatu tempat bersama Baginda Rasullulah SAW, tiba-tiba datang seorang lelaki Badui yang berwatak keras. Ia yang tidak beralas kaki itu, setelah mengucapkan salam bertanya kepada Baginda; "Mana di anatara kalian yang bernama Muhammad Rasulullah?" Baginda menjawab, "Saya." Orang Badui itu berkata lagi, "Saya telah beriman kepadamu sebelum saya melihatmu. Saya juga mencintaimu sebelum bertemu denganmu, dan saya juga membenarkanmu sebelum saya melihat wajahmu. Hanya saja saya ingin bertanya kepadamu tentang beberapa hal." Lalu Baginda pun menjawab, "Silahkan bertanya apa yang ingin engkau ketahui."

"Bukankah Allah telah berfirman langsung kepada Nabi Musa as?" Begitu orang badui tadi memulai pertanyaan. "Benar!" Jawab Baginda singkat. "Dan Allah juga telah menciptakan Nabi Isa as dari Ruhul Qudus?" Tanyanya lagi. "Ya, benar!" tukas Baginda. Ia bertanya lagi, "Bukankah Allah telah menjadikan Nabi Ibrahim sebagai kekasihNYA, dan Nabi Adam sebagai pilihanNYA?" Sekali lagi Baginda menjawab, "Ya, benar!" Orang Badui tadi lalu berkata, "Jika demikian, apakah keistimewaan kamu?"

Atas pertanyaan terakhir ini, Baginda Rasul tidak langsung menjawab, melainkan justru menundukkan kepala. Dan pada saat itu Malaikat Jibril turun kepada beliau seraya berkata, "Allah mengucapkan salam kepadamu. Dia menanyakan kamu tentang hal-hal yang dia lebih tahu daripada kamu. Kenapa kamu menunduk, angkatlah kepalamu dan jawablah kepada orang Badui itu."

"Apa yang dapat aku katakan padanya, wahai Jibril?" Tanya Baginda Rasul. "Allah berkata," Begitu pesan Jibril, "Apabila AKU telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasihKU, maka sebelumnya AKU telah menjadikanmu sebagai kesayanganKU. Apabila AKU telah berfirman langsung kepada Musa di dunia, maka AKU telah berbicara kepadamu, dan engkau bersamaKU di langit. Langit tentu lebih utama daripada bumi. Apabila AKU telah menciptakan Isa dari Ruhul Quddus, maka AKU telah menciptakan namamu dua ribu tahun sebelum AKU menciptakan engkau. Di langit AKU telah menyiapkan tempat yang tidak pernah disentuh oleh orang lain, dan tidak akan disentuh oleh siapapun selain engkau."

"Apabila AKU telah memilih Adam, maka AKU telah menjadikanmu sebagai pamungkas para Nabi. AKU telah menciptakan seratus dua puluh empat ribu Nabi, dan AKU tidak menciptkan makhluk yang lebih mulia daripada dirimu. AKU telah memberikan padamu Al-haudh (telaga di akhirat), Syafaat, Unta, Tongkat, Mizzan, Wajah yang bersinar bagai rembulan, ketampanan, Mahkota, Tongkat Besar, Haji, Umroh, Al-Quran, Keutamaan Bulan Ramadhan, dan Syafaat, seluruhnya untukmu. Sampai naungan Arsy-KU pada hari Qiamat nanti memanjang di atas kepalamu dan mahkota kerajaan (pada hari itu) bertengger di kepalamu. AKU juga selalu membersamamkan namamu dengan namaKU, sehingga tidak pernah AKU disebut kecuali disebut pula namamu."

"Aku juga menciptakan dunia dan penghuninya untuk KUperkenalkan kepada mereka tentang karamah (kehormatan) dan kedudukanmu disisiKU. Dan seandainya bukan karena engkau, wahai Muhammad, AKU tidak akan menciptakan dunia ini."


Dari Nonki
Sumber: Buku Jejak Langkah Mengenal Allah
Oleh Asfa Davy Bya

Baca juga: Kisah Penciptaan Nabi Muhammad SAW



Jumat, 27 Februari 2009

MUHAMMAD SAW, PROFIL TERSUKSES SEPANJANG SEJARAH

Posted by video download On 18.23

LAMARTINE, Histoire De La Turquie,
Paris, 1854, Vol. II, pp 276-277

“Dunia telah menyaksikan banyak pribadi-pribadi agung. Namun, dari orang orang tersebut adalah orang yang sukses pada satu atau dua bidang saja misalnya agama atau militer. Hidup dan ajaran orang-orang ini seringkali terselimuti kabut waktu dan zaman. Begitu banyak spekulasi tentang waktu dan tempat lahir mereka, cara dan gaya hidup mereka, sifat dan detail ajaran mereka, serta tingkat dan ukuran kesuksesan mereka sehingga sulit bagi manusia untuk merekonstruksi ajaran dan hidup tokoh-tokoh ini.

Tidak demikian dengan orang ini. Muhammad (SAW) telah begitu tinggi menggapai dalam berbagai bidang pikir dan perilaku manusia dalam sebuah episode cemerlang sejarah manusia. Setiap detil dari kehidupan pribadi dan ucapan-ucapannya telah secara akurat didokumentasikan dan dijaga dengan teliti sampai saat ini. Keaslian ajarannya begitu terjaga, tidak saja oleh karena penelusuran yang dilakukan para pengikut setianya tapi juga oleh para penentangnya. Muhammad adalah seorang agamawan, reformis sosial, teladan moral, administrator massa, sahabat setia, teman yang menyenangkan, suami yang penuh kasih dan seorang ayah yang penyayang - semua menjadi satu. Tiada lagi manusia dalam sejarah melebihi atau bahkan menyamainya dalam setiap aspek kehidupan tersebut - hanya dengan kepribadian seperti dia-lah keagungan seperti ini dapat diraih.”

K. S. RAMAKRISHNA RAO, Professor Philosophy dalam bookletnya,
“Muhammad, The Prophet of Islam”

Kepribadian Muhammad, hhmm… sangat sulit untuk menggambarkannya dengan tepat. Saya pun hanya bisa menangkap sekilas saja: betapa ia adalah lukisan yang indah. Anda bisa lihat Muhammad sang Nabi, Muhammad sang pejuang, Muhammad sang pengusaha, Muhammad sang negarawan, Muhammad sang orator ulung, Muhammad sang pembaharu, Muhammad sang pelindung anak yatim-piatu, Muhammad sang pelindung hamba sahaya, Muhammad sang pembela hak wanita, Muhammad sang hakim, Muhamad sang pemuka agama. Dalam setiap perannya tadi, ia adalah seorang pahlawan. Saat ini, 14 abad kemudian, kehidupan dan ajaran Muhammad tetap selamat, tiada yang hilang atau berubah sedikit pun. Ajaran yang menawarkan secercah harapan abadi tentang obat atas segala penyakit kemanusiaan yang ada dan telah ada sejak masa hidupnya. Ini bukanlah klaim seorang pengikutnya tapi juga sebuah simpulan tak terelakkan dari sebuah analisis sejarah yang kritis dan tidak bias.

MICHAEL H. HART, The 100: A Rangking of the Most Influential Person in History.

“Pilihan saya pada Muhammad untuk diletakkan di peringkat teratas dari urutan orang-orang yang berpengaruh di dunia boleh jadi mengejutkan sebagian pembaca dan membuat orang lain bertanya-tanya. Tetapi ia adalah satu-satunya manusia dalam sejarah yang meraih sukses yang begitu tinggi, baik dalam bidang agama, maupun dalam bidang keduniaan.”

PROF. SNOUCK HURGRONJE:

Liga bangsa-bangsa yang didirikan Nabi umat Islam telah meletakkan dasar-dasar persatuan internasional dan persaudaraan manusia di atas pondasi yang universal yang menerangi bagi bangsa lain. Buktinya, sampai saat ini tiada satu bangsa pun di dunia yang mampu menyamai Islam dalam capaiannya mewujudkan ide persatuan bangsa-bangsa. Dunia telah banyak mengenal konsep ketuhanan, telah banyak individu yang hidup dan misinya lenyap menjadi legenda. Sejarah menunjukkan tiada satu pun legenda ini yang menyamai bahkan sebagian dari apa yang Muhammad capai. Seluruh jiwa raganya ia curahkan untuk satu tujuan: menyatukan manusia dalam pengabdian kapada Tuhan dalam aturan-aturan ketinggian moral. Muhammad atau pengikutnya tidak pernah dalam sejarah menyatakan bahwa ia adalah putra Tuhan atau reinkarnasi Tuhan atau seorang jelmaan Tuhan - dia selalu sejak dahulu sampai saat ini menganggap dirinya dan dianggap oleh pengikutnya hanyalah sebagai seorang pesuruh yang dipilih Tuhan.

THOMAS CARLYLE on Heroes,
Hero-Worship and the Heroic in History, London 1888

“….Orang-orang Arab ini, sang lelaki Muhammad, dan satu abad, bukanlah ini seperti percikan, satu percikan, yang jatuh dari langit ke atas bumi padang pasir hitam yang sepele: tapi lihatlah ! Pasir itu seakan-akan berubah menjadi bubuk bahan peledak, yang meletus setinggi langit dari New Delhi sampai Granada. Aku katakan Orang Besar ini seperti kilat yang turun dari langit.”
“(Betapa menakjubkan) seorang manusia sendirian dapat mengubah suku-suku yang saling berperang dan kaum nomaden (Baduy) menjadi sebuah bangsa yang paling maju dan paling berperadaban hanya dalam waktu kurang dari dua decade.” “Kebohongan yang dipropagandakan kaum Barat yang diselimutkan kepada orang ini (Muhammad) hanyalah mempermalukan diri kita sendiri.” “Sesosok jiwa besar yang tenang, seorang yang mau tidak mau harus dijunjung tinggi. Dia diciptakan untuk menerangi dunia, begitulah perintah Sang Pencipta Dunia.”

EDWARD GIBBON and SIMON OCKLEY
speaking on the profession of ISLAM write:

“Saya percaya bahwa Tuhan adalah tunggal dan Muhammad adalah pesuruh-Nya’ adalah pengakuan kebenaran Islam yang simpel dan seragam. Tuhan tidak pernah dihinakan dengan pujaan-pujaan kemakhlukan; penghormatan terhadap Sang Nabi tidak pernah berubah menjadi pengkultusan berlebihan; dan prinsip-prinsip hidupnya telah memberinya penghormatan dari pengikutnya dalam batas-batas akal dan agama.

HISTORY OF THE SARACEN EMPIRES, London, 1870, p. 54.

Muhammad tidak lebih dari seorang manusia biasa. Tapi ia adalah manusia dengan tugas mulia untuk menyatukan manusia dalam pengabdian terhadap satu dan hanya satu Tuhan serta untuk mengajarkan hidup yang jujur dan lurus sesuai perintah Tuhan. Dia selalu menggambarkan dirinya sebagai ‘hamba dan pesuruh Tuhan’ dan demikianlah juga setiap tindakannya.

D.C. SHARMA, The Prophets Of The East, Calcutta, 1935, pp. 12


“Muhammad adalah sosok penuh kebaikan, pengaruhnya dirasakkan dan tak pernah dilupakan orang-orang terdekatnya.

JAMES A. MICHENER, “Islam: The Misunderstood Religion,”
in READER’S DIGEST (American edition), May 1955, pp. 68-70.


Muhammad, seorang inspirator yang mendirikan Islam, dilahirkan pada tahun 570 masehi dalam masyarakat Arab penyembah berhala. Yatim semenjak kecil dia secara khusus memberikan perhatian kepada fakir miskin, yatim piatu dan janda, serta hamba sahaya dan kaum lemah. Di usia 20 tahun, dia sudah menjadi seorang pengusaha yang sukses, dan menjadi pengelola bisnis seorang janda kaya. Ketika mencapai usia 25, sang majikan melamarnya. Meski usia perempuan tersebut 15 tahun lebih tua Muhammad menikahinya dan tetap setia kepadanya sepanjang hayat sang istri.

“Seperti halnya para nabi lain, Muhammad memulai tugas kenabiannya dengan sembunyi2 dan ragu2 karena menyadari kelemahannya.Tapi “Baca” adalah perintah yang diperolehnya, -dan meskipun sampai saat ini diyakini bahwa Muhammad tidak bisa membaca dan menulis - dan keluarlah dari mulutnya satu kalimat yang akan segera mengubah dunia: “Tiada tuhan selain Tuhan.”

“Dalam setiap hal, Muhammad adalah seorang yang mengedepankan akal. Ketika putranya, Ibrahim, meninggal disertai gerhana dan menimbulkan anggapan ummatnya bahwa hal tersebut adalah wujud rasa belasungkawa Tuhan kepadanya, Muhammad berkata: “Gerhana adalah sebuah kejadian alam biasa, adalah suatu kebodohan mengkaitkannya dengan kematian atau kelahiran seorang manusia.”

“Sesaat setelah ia meninggal, sebagian pengikutnya hendak memujanya sebagaimana Tuhan dipuja, akan tetapi penerus kepemimpinannya (Abu Bakar-pen.) menepis keingingan ummatnya itu dengan salah satu pidato relijius terindah sepanjang masa: ‘Jika ada diantara kalian yang menyembah Muhammad, maka ketahuilah bahwa ia telah meninggal. Tapi jika Tuhan-lah yang hendak kalian sembah, ketahuilah bahwa Ia hidup selamanya”. (Ayat terkait: Q.S. Al Imran, 144 - pen.)

W. MONTGOMERY WATT, Mohammad At Mecca, Oxford, 1953, p. 52.


“Kesiapannya menempuh tantangan atas keyakinannya, ketinggian moral para pengikutnya, serta pencapaiannya yang luar biasa - semuanya menunjukkan integritasnya. Mengira Muhammad sebagai seorang penipu hanyalah memberikan masalah dan bukan jawaban. Lebih dari itu, tiada figur hebat yang digambarkan begitu buruk di Barat selain Muhammad”

ANNIE BESANT, The Life And Teachings Of Muhammad, Madras, 1932, p. 4.


“Sangat mustahil bagi seseorang yang memperlajari karakter Nabi Bangsa Arab, yang mengetahui bagaimana ajarannya dan bagaimana hidupnya untuk merasakan selain hormat terhadap beliau, salah satu utusan-Nya. Dan meskipun dalam semua yang saya gambarkan banyak hal-hal yang terasa biasa, namun setiap kali saya membaca ulang kisah-kisahnya, setiap kali pula saya mersakan kekaguman dan penghormatan kepada sang Guru Bangsa Arab tersebut.”

BOSWORTH SMITH, Mohammad And Mohammadanism, London, 1874, p. 92.


“Dia adalah perpaduan Caesar dan Paus; tapi dia adalah sang Paus tanpa pretensinya dan seorang caesar tanpa Legionnaire-nya: tanpa tentara, tanpa pengawal, tanpa istana, tanpa penghasilan tetap; jika ada seorang manusia yang pantas untuk berkata bahwa dia-lah wakil Tuhan penguasa dunia, Muhammad lah orang itu, karena dia memiliki kekuatan meski ia tak memiliki segala
instrument atau penyokongnya.”

JOHN WILLIAM DRAPER, M.D., L.L.D.,
A History of the Intellectual Development of Europe, London 1875, Vol.1, pp.329-330


“Empat tahun setelah kematian Justinian, pada 569 AD, telah lahir di Mekkah Arabia seorang manusia yang sangat besar pengaruhnya terhadap ummat manusia … Muhammad”

JOHN AUSTIN, “Muhammad the Prophet of Allah,”
in T.P. ’s and Cassel’s Weekly for 24th September 1927.


“Dalam kurun waktu hanya sedikit lebih dari satu tahun, ia telah menjadi pemimpin di Madinah. Kedua tangannya memegang sebuah tuas yang siap mengguncang dunia.”

PROFESSOR JULES MASSERMAN


“Pasteur dan Salk adalah pemimpin dalam satu hal (intelektualitas-pen). Gandhi dan Konfusius pada hal lain serta Alexander, Caesar dan Hitler mungkin pemimpin pada kategori kedua dan ketiga (reliji dan militer pen.). Jesus dan Buddha mungkin hanya pada kategori kedua. Mungkin pemimpin terbesar sepanjang masa adalah Muhammad, yang sukses pada ketiga kategori tersebut. Dalam skala yang lebih kecil Musa melakukan hal yang sama.”

SAROJINI NAIDU, penyair terkenal India
(S. Naidu, IDEALS OF ISLAM, vide Speeches & Writings, Madras, 1918, p. 169):


“Inilah agama pertama yang mengajarkan dan mempraktekkan demokrasi; di setiap masjid, ketika adzan dikumandangkan dan jemaah telah berkumpul, demokrasi dalam Islam terwujud lima kali sehari ketika seorang hamba dan seorang raja berlutut berdampingan dan mengakui: ‘Allah Maha Besar’… Saya terpukau lagi dan lagi oleh kebersamaan Islam yang secara naluriah membuat manusia menjadi bersaudara.”

Dikutip oleh O. HASHEM, “Muhammad Sang Nabi”, Tama Publisher 2005


Ia hidup sangat sederhana; makanan sehari-harinya hanyalah roti dan air; kadang-kadang selama sebulan tiada api menyala di tungku. Mereka mencatat bagaimana ia memperbaiki sendiri sepatunya dan menambal jubahnya… Tiada kaisar dalam kebesarannya lebih ditaati dari lelaki yang menambal jubahnya sendiri ini.”

Senin, 25 Agustus 2008

ANAK YANG SALEH

Posted by video download On 14.59

Bagi yang pernah melihat penggalan videoclip tentang gambar ini pastilah akan setuju untuk mengatakan bahwa ianya adalah makhluk langka yang hidup dan bolih ditemui di salahsatu belahan bumi kita sekarang ini.

Ini bermakna bahwa pada jaman dahulu kala, apalagi di tanah suci yang penuh dengan kejadian-kejadian ajaib (bolih dikisahkan oleh mereka yang mengalaminya semasa menunaikan ibadah haji), maka hal serupa juga boleh terjadi di sana. Melihat gambar ini saya jadi teringat sembang kami dengan Pak Su Ahmad Rais Johari semasa beliau berada di Bandung kemarin. Oleh kerana itu, demi janji kepada beliau, berikut ini adalah uraian kisah berkenaan yang sudah pun saya simpan kat file lebih dari 7 tahun lamanya. [Baca Cerita Selengkapnya]


Entri Populer