KREARIFINDO Creative Solution

PhotobucketPhotobucket PhotobucketPhotobucket

Tampilkan postingan dengan label amanah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label amanah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 05 Agustus 2011

KHUTBAH RASULULLAH MENJELANG AKHIR SYA'BAN

Posted by video download On 06.13

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

”Wahai manusia, sunguh telah dekat kepadamu bulan yang agung, bulan yang penuh dengan keberkahan, yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik (nilainya) dari seribu bulan, bulan yang mana Allah tetapkan puasa di siang harinya sebagai fardhu, dan shalat (tarawih) di malamnya sebagai sunah. Barang siapa mendekatkan diri kepada Allah di bulan ini dengan satu kebaikan (amalan sunnah), maka pahalanya seperti dia melakukan amalan fardhu di bulan-bulan yang lain.

Barangsiapa melakukan amalan fardhu di bulan ini, maka pahalanya seperti telah melakukan 70 amalan fardhu di bulan lainnya. Inilah bulan kesabaran dan balasan atas kesabaran adalah surga, bulan ini merupakan bulan kedermawanan dan simpati (satu rasa) terhadap sesama. Dan bulan dimana rizki orang-orang yang beriman ditambah. Barang siapa memberi makan (untuk berbuka) orang yang berpuasa maka baginya pengampunan atas dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan dia mendapatkan pahala yang sama sebagaimana yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa.

Mereka (para sahabat) berkata : “Wahai Rasulullah! tidak semua dari kami mempunyai sesuatu yang bisa diberikan kepada orang yang berpuasa untuk berbuka.”

Rasulullah menjawab: “Allah akan memberikan pahala ini kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan sebiji kurma, atau seteguk air, atau setetes susu”. Inilah bulan yang permulaannya (sepuluh hari pertama) Allah menurunkan rahmat, yang pertengahannya (sepuluh hari pertengahan) Allah memberikan ampunan, dan yang terakhirnya (sepuluh hari terakhir) Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka . Barangsiapa yang meringankan hamba sahayanya di bulan ini, maka Allah SWT akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka.

Dan perbanyaklah melakukan empat hal di bulan ini, yang dua hal dapat mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan yang dua hal kamu pasti memerlukannya. Dua hal yang mendatangkan keridhaan Allah yaitu syahadah (Laailaaha illallaah) dan beristighfar kepada Allah, dan dua hal yang pasti kalian memerlukannya yaitu mohonlah kepada-Nya untuk masuk surga dan berlindung kepada-Nya dari api neraka . Dan barang siapa memberi minum kepada orang yang berpuasa (untuk berbuka), maka Allah akan memberinya minum dari telagaku (Haudh) dimana dengan sekali minum ia tidak akan merasakan haus sehingga ia memasuki surga “. [Shahih ibnu Khuzaymah no. 1887]


Selasa, 21 Desember 2010

MASIHKAH KITA AMANAH?

Posted by video download On 20.50

Zaman sekarang, kejujuran rasanya semakin sulit ditemui. Yang justru merebak di mana-mana adalah dusta, khianat, dan ingkar janji. Mengurangi takaran, menyuap, memalsu, dan semacamnya seolah lumrah. Sifat amanah menjadi sesuatu yang benar-benar langka. Namun, mengeluhkan hal ini tak akan bisa menyelesaikan masalah. Apa yang seharusnya kita lakukan?

LINGKUP PRIBADI

Daripada menyalahkan orang lain dan berharap mereka berubah, lebih efektif kalau kita bertindak nyata. Mulailah dari diri sendiri. Bagaimana menyemai sifat amanah dalam diri?

1. Sadari bahwa amanah adalah karakter fitrah nurani kita

Meski zaman sudah rusak, saat melihat seorang yang amanah, hati ini merasa kagum dan bahagia. Sebaliknya, melihat orang yang berkhianat, hati ini menyempit dan tersayat perih.
Inilah bukti bahwa karakter nurani kita tidak sesungguhnya berubah. Senang dengan sifat amanah dan membenci sifat khianat.

Karena itu, jika seseorang berkhianat, berarti ia menyimpang dari karakter fitrahnya. Sadarilah, bersikap amanah berarti menjaga karakter fitrah kita sendiri.

2. Jernihkan dengan zikir

Hati dan lidah yang selalu dibasahi dengan zikir atau ingat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) akan jernih dan terjaga dari bisikan setan dan godaan hawa nafsu. Saat demikian, fitrah amanah dalam hati akan terjaga pula.

Sebaliknya, bila manusia lalai kepada Allah SWT, hawa nafsu dan setan akan membisikkan sesuatu yang bertentangan dengan fitrah. Akhirnya, terjerumuslah manusia pada syahwat dan ghaflah (lalai). Amanah akhirnya dipertukarkan dengan kemewahan dunia, tak peduli halal dan haramnya.
Dalam segala keadaan, berzikirlah sebanyak-banyaknya. Firman Allah SWT:

Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (Al-Ahzab [33]: 41)

3. Perkuat dengan ilmu agama

Terkadang hebatnya godaan membuat persoalan jadi tersamar dan kabur. Saat ’disuap’ terang-terangan mungkin orang yang jujur akan tegas menolak. Namun, jika hal itu dibungkus sebagai hadiah atau yang lebih halus, banyak orang yang akalnya rabun. Mereka yang tak berilmu akan terasa sulit membedakan keduanya. Tapi, bagi orang yang berilmu dan jujur akan dapat membedakannya dan bisa bersikap dengan tegas, benar, dan tepat.

Bacalah al-Qur`an dan Sunnah yang keduanya jelas-jelas banyak menyuruh kita untuk bersikap amanah dan menjauhi khianat. Perkaya dengan ilmu dari para ulama khususnya tentang hati dan kesucian jiwa agar semakin jelaslah nilai-nilai hidup kita ini. Kaji dan renungi sejarah keteladanan amanah dari orang-orang shalih.

4. Senantiasa berlatih amanah

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali kewajiban yang harus kita tunaikan. Sahalat lima waktu, misalnya. Cobalah mulai sekarang secara sadar tunaikan kewajiban itu sebaik-baiknya. Selaraskan mulai dari nurani, pikiran, dan tindakan Anda untuk menunaikan shalat secara tepat waktu. Tunaikan dengan rasa syukur, tuma’ninah dan khusyu’. Jangan tergesa-gesa! Sebab, kalau shalat tergesa- gesa, tidak sempurnalah kita dalam menunaikan amanah.

Begitu juga kewajiban memenuhi janji kepada sesama. Kita harus betul-betul yakin dulu sebelum mengucap janji. Jangan berani berjanji kecuali kita yakin dapat menunaikannya. Akan lebih baik jika memperbanyak amal kebaikan dari pada mengumbar janji tetapi sering melupakannya.

LINGKUP KELUARGA

Membangun kultur amanah dalam masyarakat dapat dimulai dari keluarga. Sebab, keluarga merupakan pilar penting pendidikan generasi masa depan.

Kebiasaan yang kita tanamkan kepada anak-anak saat ini akan menghiasi keadaan masyarakat di masa depan. Bagaimana menyemai sifat amanah dalam keluarga?

  • Berikan keteladanan amanah

Sebagai orang tua, berikanlah keteladanan untuk bersikap amanah dalam keluarga. Tunaikan kewajiban terlebih dulu. Janganlah menjadi orang yang suka menuntut hak tetapi mengabaikan kewajiban.

Mendidik anak-anak dan menyantuninya dengan kasih sayang juga merupakan amanah bagi orangtua. Didiklah mereka dengan teladan maka akan lebih berkesan di hati mereka. Kelak, tanpa dituntut, mereka akan merespon sikap amanah kita dengan sikap amanah mereka pula. Mereka akan hormat dan patuh tanpa disuruh-suruh.

Tetapi, kalau orang tua lebih sering menuntut pada anak tanpa bersikap amanah dalam keluarga, mereka pun akan seperti itu pula. Saat menghadapi anak-anak yang sering tidak patuh dan suka melanggar, jangan tergesa-gesa menyalahkan mereka. Segera introspeksi diri, mungkin kita yang kurang bersikap amanah dan jujur di depan mereka.

Misalnya, saat ada tamu, banyak orang tua yang mengajari anaknya untuk berbohong bahwa mereka sedang tidak ada di rumah. Bagaimana kita mau menuntut jujur pada mereka?

  • Sering menasehati tentang pentingnya sikap amanah

Pada saat-saat tertentu kita perlu memberikan penekanan pentingnya amanah. Misalnya, saat anak-anak berjanji dengan temannya, kita harus menasehati dan mendorongnya untuk menunaikan janji itu sebaik-baiknya.

Jika mereka tampak kurang kuat kemauannya, tugas kita memotivasinya, karena amanah dan menepati janji adalah tanda keimanan di depan Allah SWT. Bangunlah penghayatan bahwa khianat hanya akan membuat kita terhina sepanjang masa. Sebaliknya, sikap memegang teguh amanah akan membuat kita menjadi mulia sesungguh-sungguhnya.

  • Tegakkan disiplin dalam rumah tangga

Karakter amanah hanya akan meresap bila ada pembiasaan yang terus menerus. Saat kita mulai tidak istiqamah, maka sifat amanah itu tak akan berkembang menjadi karakter. Inilah pentingnya menegakkan kedisiplinan.

Saat anak-anak tidak membersihkan kamar sesuai komitmen mereka, misalnya, mintalah penjelasan. Bila mereka lupa, menjadi kewajiban kita untuk mengingatkan.

Jika mereka sengaja melanggar, jangan segan-segan memberi sanksi. Tentu bukan dengan hati yang marah atau dendam, melainkan dengan adil dan kasih sayang demi kebaikan mereka.

  • Lingkup Masyarakat

Jika sebuah masyarakat sudah mangabaikan sikap amanah, tunggulah saat kehancuran akan tiba. Krisis tak akan berkesudahan ketika rasa saling percaya sudah punah. Tak ada lagi tolong menolong, tapi yang mencuat adalah saling menuntut dan menghancurkan.
Apa yang harus kita lakukan untuk mengubah keadaan seperti ini?

  • Pilihlah pemimpin yang amanah

Masyarakat yang sedang sakit membutuhkan pemimpin yang mampu memegang teguh dan memelihara amanah. Di tangan merekalah harapan baru akan muncul.

Karena itu, pilihlah pemimpin yang benar-benar amanah, bukan sekadar senang mengumbar janji.

Kekhalifahan Islam pernah mengalami kemunduran karena penguasanya sudah mulai tidak amanah. Mereka mengabaikan keadilan dan kejujuran.

Lalu tampillah Umar bin Abdul Aziz. Beliau mampu mengembalikan kejayaan kekhalifahan dengan sifat amanahnya hanya dalam waktu 2,5 tahun.

Dalam era modern sekarang ini, korupsi yang merajalela di Cina dapat dikurangi secara drastis karena hadir presiden yang amanah dan anti korupsi.

  • Sistem yang baik

Perilaku menyimpang bisa muncul karena sistem yang kurang baik. Seorang yang dikenal jujur, saat diberi amanah memegang uang, bisa saja terperosok pada korupsi jika sistem sangat mendukung untuk praktik seperti itu. Kontrol yang lemah dan pelaporan yang tidak tersistem membuat seorang tergoda menyeleweng.

Pembenahan sistem yang diiringi keteladanan kepemimpinan yang amanah akan bisa memperbaiki keadaan yang buruk seperti itu. Bila kesempatan menyeleweng berkurang, orang pun akan lebih tertib dan sikap amanah akan berangsur tumbuh.

  • Penegakan hukum yang adil

Meski upaya di atas sudah dilakukan, keserakahan sebagian manusia kadang tidak juga hilang. Dengan berbagai dalih dan cara mereka pun melakukan berbagai pelanggaran.
Saat menghadapi hal seperti itu, hukum harus ditegakkan. Tak pandang bulu, jika seorang berkhianat maka harus menerima sanksi yang tegas.

Sebesar apa pun peran Anda, jadilah Anda bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah. Tunaikanlah amanah. Semoga kita bisa menjadi subyek perubahan ke arah yang lebih baik. Amin. Wallahu ’alam bish-shawab.


Sumber: SUARA HIDAYATULLAH, MARET 2009

Entri Populer